HIKMAH BERQURBAN DI HARI RAYA IDULADHA
Nabi Ibrahim as, memperoleh
isyarat dari Allah SWT melalui mimpinya, agar menyembelih putra pertama yang
sangat disayanginya yaitu Ismail. Nabi Ibrahim berada di dalam suatu pilihan
yang dilematis. Satu sisi "Ismail" adalah putra yang telah lama didambakannya,
dan terlahir dari istri keduanya yaitu Siti Hajar, karena setelah sekian lama
pernikahannya dengan Siti Sarah (istri pertamanya) tak jua kunjung datang putra
yang didambakannya.
Memenuhi perintah Allah yang berarti mencintai Allah, atau menuruti keinginan hatinya mencintai "Ismail"?.Saat yang kritis itu mulai "cair" ketika niatan untuk menjalankan perintah Allah itu disampaikan kepada "Ismail" yang malah memberikan dukungan agar ayahnya (Ibrahim), memenuhi perintah Allah dengan berkata "wahai ayahanda, kerjakanlah perintah Allah, semoga engkau termasuk orang-orang yang sabar di sisi Allah SWT". Lalu siapa "Ismail" yang sekarang harus kita kurbankan? Tentulah bukan anak-anak kita yang kita sayangi (yaitu anak sebagi titipan dari yang sangat kita cintai yaitu Allah, Sang Pemilik, Sang Maha Rochman dan Rochim), karena Allah telah mengganti "Ismail" dengan hewan Kurban.
Memenuhi perintah Allah yang berarti mencintai Allah, atau menuruti keinginan hatinya mencintai "Ismail"?.Saat yang kritis itu mulai "cair" ketika niatan untuk menjalankan perintah Allah itu disampaikan kepada "Ismail" yang malah memberikan dukungan agar ayahnya (Ibrahim), memenuhi perintah Allah dengan berkata "wahai ayahanda, kerjakanlah perintah Allah, semoga engkau termasuk orang-orang yang sabar di sisi Allah SWT". Lalu siapa "Ismail" yang sekarang harus kita kurbankan? Tentulah bukan anak-anak kita yang kita sayangi (yaitu anak sebagi titipan dari yang sangat kita cintai yaitu Allah, Sang Pemilik, Sang Maha Rochman dan Rochim), karena Allah telah mengganti "Ismail" dengan hewan Kurban.
Lalu apa sebenarnya yang kita
kurbankan dalam kehidupan keseharian, setelah kita menyembelih hewan kurban
karena mencari keridhaan Allah?. Tidak lain adalah mengorbakan egoisme kita,
mengorbankan ketamakkan kita, mengorbankan dan menyembelih sifat-sifat
kebinatangan kita.
Korbankanlah cinta yang menggelora terhadap HARTA-BENDA, KEDUDUKAN, POPULARITAS dan PUJIAN DUNIAWI SEMATA. Karena mencintai Allah dengan mengerjakan perintahNya (dan tidak melanggar laranganNya) adalah hakekat sebenarnya dari esensi kemanusiaan dihadapan Tuhannya. Setan memiliki satu kesalahan dasar yaitu MENOLAK PERINTAH ALLAH, dan Adam a.s sebagai awal dari kehidupan individu manusia, pernah berbuat salah dengan MELANGGAR LARANGAN ALLAH. Sedangkan Allah tidak menciptakan manusia seperti setan atau seperti malaikat, karena Tuhan memberikan KEBEBASAN YANG AMAT MERDEKA untuk menentukan pilihan hidupnya sendiri.
Akankah kita memilih untuk menolak perintah Allah, atau kita akan memilih untuk senantiasa menjalankan perintah Allah (dengan tidak melanggar laranganNya)?.
Semoga kita memperoleh hidayahNya, untuk menjadi hamba yang selalu mencintaiNya dan dicintaiNya, Amien........
Korbankanlah cinta yang menggelora terhadap HARTA-BENDA, KEDUDUKAN, POPULARITAS dan PUJIAN DUNIAWI SEMATA. Karena mencintai Allah dengan mengerjakan perintahNya (dan tidak melanggar laranganNya) adalah hakekat sebenarnya dari esensi kemanusiaan dihadapan Tuhannya. Setan memiliki satu kesalahan dasar yaitu MENOLAK PERINTAH ALLAH, dan Adam a.s sebagai awal dari kehidupan individu manusia, pernah berbuat salah dengan MELANGGAR LARANGAN ALLAH. Sedangkan Allah tidak menciptakan manusia seperti setan atau seperti malaikat, karena Tuhan memberikan KEBEBASAN YANG AMAT MERDEKA untuk menentukan pilihan hidupnya sendiri.
Akankah kita memilih untuk menolak perintah Allah, atau kita akan memilih untuk senantiasa menjalankan perintah Allah (dengan tidak melanggar laranganNya)?.
Semoga kita memperoleh hidayahNya, untuk menjadi hamba yang selalu mencintaiNya dan dicintaiNya, Amien........


Tidak ada komentar:
Posting Komentar